Berkurangnya Harapan Ketika Gagal


"Orang yang membangga-banggakan jerih payah dan per­buatannya, ketika gagal akan berkurang harapannya ter­hadap rahmat Allah."



Jika dirimu mempunyai anggapan bahwa segala sesuatunya yang telah engkau petik di dunia ini atas jerih payahmu sendiri, maka berarti engkau membanggakan diri terhadap kemampuan­mu. Engkau akan menemui penyesalan ketika kelak gagal. Eng­kau akan menyesal manakala mendapati hasil yang tidak sesuai dengan harapan.


Manusia seringkali lupa bahwa di balik daya upaya dirinya itu ada kekuatan yang Maha Kuat. Kekuatan Yang Berkuasa dan menentukan harapan-harapannya.


Jika mata hatimu jernih, maka engkau akan melihat bahwa asal penyebab di balik jerih payahmu dan hasil yang kaudapatkan hanyalah dari Allah semata.

Keyakinan ini haraslah ditanamkan di dalam hati, agar eng­kau tidak menyesal manakala ikut bermain dalam kehidupan ini kemudian terantuk batu sandungan; gagal! Begitu juga jika eng­kau berhasil dalam mencapai harapan, maka engkau tak akan kufur nikmat.


Kebanyakan di antara manusia lupa. diri. Mereka menga­nggap semua harapan itu dapat diraih dengan kekuatan usahanya sendiri. Karenanya jika ia telah dapat mencapai kenikmatan hidup, akhirnya jadi berbangga diri. Mereka mengingkari nikmat yang dirasakan. Mereka lupa bahwa yang menentukan hasil akhir dari jerih payahnya adalah Tuhan. Tanpa campur tangan kekua­saanNya, tak mungkin dapat mencapai kenikmatan itu.


Ingatlah, jika engkau lupa bahwa takdir Allah itu sangat mempengaruhi jerih payahmu, maka engkau pasti kecewa ketika menemui kegagalan.


Tetapi jika dirimu sadar terhadap adanya penyebab kegagalan di balik usaha, maka kegagalan hanya engkau pandang sebagai peringatan guna memperkuat kesadaran dalam berkehendak. Orang yang mengaku salik, tentu menyandarkan harapannya kepada Yang Mengabulkan cita-cita.


(Sumber : Atho ‘illah, Ibnu ; Al Qalami, Abu Fajar. Intisari Kitab Al-Hikam
: Gitamedia Press, 2005)